KITA ADALAH PEMILIK SANG REPUBLIK INI
(1966)
Tidak ada
lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hanyut
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran:
“Duli Tuanku”?
Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang ditepi jalan
Mengacungkan [...]
SERATUS JUTA
(1998)
Umat miskin dan penganggur berdiri hari ini
Seratus juta banyaknya
Di tengah mereka tak tahu akan berbuat apa
Kini kutundukkan kepala, karena
Ada sesuatu besar luar biasa
Hilang terasa dari rongga dada
Saudaraku yang sirna nafkah, tanpa kerja
berdiri hari ini
Seratus juta banyaknya
Kita mesti berbuat sesuatu, betapun sukarnya.
Di tengah mereka tak tahu akan berbuat apa
Kini kutundukkan kepala, karena
Ada sesuatu besar luar biasa
Hilang terasa dari rongga dada
Saudaraku yang sirna nafkah, tanpa kerja
berdiri hari ini
Seratus juta banyaknya
Kita mesti berbuat sesuatu, betapun sukarnya.
Taufiq Ismail lahir di Bikittinggi, Sumatera
Barat pada tahun 1935. Beliau merupakan budayawan dan sastrawan yang sangat
populer . Beragam penghargaan telah diperolehnya, baik tingkat nasional
maupun tingkat internasional. Ia telah melahirkan banyak karya seperti
puisi, essai sastra, karya terjemahan, dan lain lain. Namanya pantas
disejajarkan dengan budayawan seperti Emha Ainun Najib dan Chairil Anwar.
Masa kecil Taufiq
Ismail lebih banyak dihabiskan di Pekalongan. Ia pertama masuk sekolah rakyat
di Solo, lalu pindah ke Semarang, Salatiga dan menamatkan sekolah rakyatnya di
Yogyakarta. Ia melanjutkan SMP di bukit tinggi dan SMA di Bogor. Selesai
SMA, ia mendapatkan beasiswa American Field International School untuk
bersekolah di Whitefish Bay High School di Milwaukee, Wisconsin, AS. Ia
merupakan angkatan pertama dari Indonesia. Kemudian ia melanjutkan sekolah di
di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan UI yang sekarang menjadi IPB.
Setelah tamat ia mengikuti , International Writing Program, University of Jowa,
Iowa City, Amreika Serikat. Ia juga belajar di Faculty of Languange and
Literature, American University in Cairo, Mesir. Namun karena pecah perang,
maka ia pulang sebelum studinya selesai.
Taufiq Ismail
bermimpi menjadi seorang sastrawan saat masih SMA. Saat itu ia mulai menulis
beberapa puisi yang mulai dimuat di majalah majalah. Ia dibesarkan di
lingkungan keluarga yang suka membaca, sehinga ia mulai suka membaca sjak
kecil Hobinya membaca semakin terpuaskan sejak ia menjadi penjaga perpustakaan
di perpustakaan Pelajar Islam Indonesia Pekalongan.
Minatnya dalam
dunia sasta mulai tumbuh sasat ia sekolah di SMA Whitefish Bay di Milwaukee,
Wisconsin, AS berkat program beasiswa pertukaran pelajar. Di sana, ia mulai
mengenal karya sastra asing.
Taufiq Ismail
bersama sastrawan sstrawan lainnya berhasil mengenalkan sastra ke
sekolah-sekolah dengan program “Siswa Bertanya, Sastrawan Menjawab’. Program
itu disponsori oleh Yayasan Indonesia dan Ford Foundation.
Karya Taufiq
Ismail diantaranya ialah buku kumpulan puisi yang salah satunya berjudul
Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al) juga
Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Yayasan Ananda (1998).
Ia juga
sempat meraih penghargaan, yaitu American Field Service International
Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika
Serikat dan Anugerah Seni Pemerintah RI pada 1970; dan – SEA Write Award
(1997).
0 komentar:
Posting Komentar